Kelinci dikenal sebagai binatang berbulu lebat dan lucu. Hewan ini banyak diternakkan sebagai binatang hias. Namun, kelinci juga bisa diternakkan untuk dikonsumsi. Kelinci ini adalah jenis kelinci pedaging Kelinci memiliki kandungan gizi yang tinggi, tidak kalah dengan sumber protein hewani lainnya.
Di Eropa dan Amerika Serikat, kelinci jenis pedaging telah menjadi komoditi ternak unggulan. Mengingat harga-harga daging yang semakin melambung, daging kelinci bisa menjadi altenatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging sebagai sumber protein hewani.
Meskipun budidaya kelinci jenis ini masih terbilang belum banyak yang melakukannya, usaha ini jika digeluti dengan serius cukup menguntungkan.
Selain dijual daging dan bulunya, daging kelinci ini juga bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan, seperti baso, sosis, atau nugget. Sementara itu, kotoran kelinci juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.
Usaha budidaya kelinci jenis pedaging bisa dimulai dari skala kecil hingga menengah. Untuk memulai usaha ini tidak memerlukan modal yang besar seperti usaha ternak hewan pedaging lainnya (sapi atau ayam).
Anda sudah bisa memulai usaha ini dengan modal sekitar Rp5 juta, yaitu untuk membeli 2 ekor pejantan dan 8 indukan, membuat kandang dan biaya operasional hingga waktunya panen.
Keuntungan lainnya yaitu kesuburan dan produktivitas kelinci jenis pedaging yang tinggi. Dalam setahun, dari seekor indukan bisa menghasilkan 15-20 ekor kelinci.
Harganya di pasaran lebih mahal daripada harga ayam kampung, yaitu sekitar Rp20.000/kg berat hidup dan Rp30.000/kg daging kelinci. Keuntungan yang sangat lumayan, bukan?
Lalu, apa saja yang harus diperhatikan untuk beternak kelinci jenis ini? Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak beternak kelinci jenis pedaging ini, diantaranya: 1.Jenis
Tidak semua jenis kelinci bisa diternakkan untuk diambil dagingnya karena ada jenis kelinci yang rasa dagingnya kurang enak dan bobot badannya kurang menguntungkan. Kelinci yang umum diternakkan adalah dari jenis ras besar.
Beberapa jenis kelinci yang biasa diternakkan, antara lain Flemish Giant, New Zaeland White, Satin Rabbit, dan Rex Rabbit. Kelinci ini banyak diternakkan karena rasa dagingnya enak dan bobot tubuhnya lebih dibandingkan jenis kelinci lainnya.
Jenis Flemish Giant adalah yang paling banyak dibudidayakan karena kelinci ini bobotnya bisa mencapai 11 kg. Kelinci Flemish Giant sering dikawinsilangkan untuk menghasilkan anakan yang unggul.
Persilangan antara Flemish Giant dengan Belgian Hare misalnya telah menghasilkan kelinci New Zaeland White yang memiliki sifat-sifat unggul seperti bisa melahirkan 10-12 ekor tiap lahiran, serta bobot tubuhnya yang bisa mencapai 5,44 kg.
Adapun kelinci Satin Rabbit dengan alasan yang sama banyak diternakkan juga. Bobot tubuh kelinci Satin Rabbit jantan bisa mencapai 3,8-4,5 kg sedangkan kelinci Satin Rabbit betina bisa mencapai 5 kg.
Kelinci yang ditemukan pada 1930 ini memiliki bulu yang lebat, tebal dan lurus. Kelinci jenis terakhir yaitu Rex Rabbit banyak diternakkan karena memiliki bobot yang seimbang dan rasa daging yang enak.
Kelinci jenis ini memiliki bulu yang halus sehingga bisa juga dijadikan kelinci hias. Jenis kelinci lainnya yang cocok dijadikan kelinci jenis pedaging, yaitu Belgian, Californian, Himalaya, dan Havana. 2. Lokasi Peternakan
Lokasi peternakan harus diperhitungkan dengan baik untuk menciptakan lingkunagan yang baik bagi pertumbuhan kelinci. Pilihlah lokasi yang dekat dengan sumber air sehingga memudahkan ketika memberi minum dan ketika membersihkan kandang kelinci.
Selain itu, lokasi peternakan juga harus diusahakan jauh dari pemukiman agar terbebas dari kegaduhan, asap, dan bau. Peternakan kelinci harus terlindung dari berbagai predator, seperti kucing, anjing, ular, musang. dan tikus yang bisa memangsa kelinci terutama bayi kelinci. 3. Pembibitan
Pemilihan bibit harus dilakukan dengan teliti agar kelinci yang dihasilkan memiliki sifat-sifat unggulan yang menguntungkan peternak. Untuk memperoleh bibit yang baik, harus dipilih indukan yang memiliki ciri-ciri, antara lain memiliki bobot dan tinggi yang baik, mata bersih, tidak cacat, bulunya bersih tidak kusam, dan aktif bergerak.
Perawatan bibit dan indukan harus diperhatikan agar bisa menghasilkan kelinci jenis pedaging yang baik pula. Pemberian pakan, kondisi kandang yang baik dari segi sanitasi dan keamanan dari gangguan luar merupakan hal-hal yang harus diperhitungkan dengan baik. Jika kebutuhan makanan dan lingkungan kandang memadai, ternak pun bisa memberikan hasil sesuai dengan harapan. 4. Perkawinan dan Kelahiran
Perkawinan kelinci dapat dilakukan ketika kelinci berusia 5-7 bulan. Pada usia ini kelinci sudah mengalami kematangan reproduksi. Perkawinan kelinci yaitu dengan membawa kelinci betina ke kandang kelinci jantan.
Perkawinan bisa dilakukan 2-3 kali. Untuk kelinci jantan yang kawin untuk pertama kali, kawinkan dengan kelinci yang sudah beranak. Setelah 12-14 hari dari perkawinan, lakukan pengecekan kehamilan dengan meraba perut kelinci betina.
Sebagai persiapan menjelang kelahiran kelinci, siapkan kardus di dalam kandang tempat kelinci melahirkan agar bayi kelinci tidak tercecer. Setelah 30-32 hari, bayi kelinci akan lahir. Jumlahnya beragam, sekitar 6 hingga 10 ekor. Bayi-bayi kelinci ini lahir tanpa bulu dan mata tertutup. 5. Pakan
Pakan kelinci berupa rumput hijau, seperti rumput lapangan dan rumput gajah sangat baik untuk pertumbuhan kelinci. Berbagai jenis sayuran (sawi, kol, daun kacang panjang) dan pelet kelinci bisa juga diberikan untuk kelinci jenis pedaging ini.
Untuk jenis sayuran kangkung sebaiknya tidak diberikan kepada kelinci karena kemungkinan bisa menyebabkan diare. Pakan tambahan seperti ampas tahu atau bekatul bisa juga diberikan untuk kelinci ternak ini.
Pemberian makan untuk kelinci dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi sekitar pukul 7.00-8.00, dan sore sekitar pukul 18.00. Takaran pakan di sore hari harus lebih banyak daripada pakan di pagi hari karena kelinci adalah binatang yang aktif di malam hari sehingga memerlukan asupan makanan yang lebih banyak pada sore atau malam hari.
Selain makanan, kelinci juga harus disediakan air minum yang mencukupi. Bagi indukan yang sedang hamil, asupan gizi bisa ditambah dengan memberinya tambahan daun pepaya setiap hari. 6. Perawatan
Perawatan dilakukan terhadap kelinci dilakukan secara berkala. Jika ada kelinci yang sakit, kelinci tersebut harus dipisahkan dari kelinci yang sehat agar tidak menularkan penyakit. Kelinci yang sakit memiliki ciri-ciri, seperti terlihat lesu, suhu badan naik, mata sayu, dan nafsu makan menurun.
Pemeliharaan kandang tak kalah pentingnya dalam perawatan kelinci jenis pedaging. Tempat pakan dan air minum, serta lantai kandang harus dibersihkan secara rutin agar tetap bersih dan terhindar dari penyakit. Kandang bekas kelinci yang sakit harus dibersihkan dengan cairan karbol.
Sanitasi kandang harus senantiasa terjaga agar kandang tidak lembab. Sinar matahari pagi harus dipastikan bisa menyinari kandang kelinci. Kandang yang lembab akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Beberapa jenis penyakit yang sering menjangkiti ternak kelinci, antara lain:
penyakit telinga,
penyakit kulit kepala,
bisul,
kudis,
eksim ,
penyakit mata,
mastitis,
berak darah,
pilek, dan
radang paru-paru.
Terjangkitnya penyakit-penyakit ini bisa dicegah dengan tetap menjaga kebersihan kandang serta segera mengarantina hewan ternak yang sakit. Jadi, Anda yang berminat menjadi peternak kelinci jangan khawatir terhadap penyakit pada kelinci.
Di Eropa dan Amerika Serikat, kelinci jenis pedaging telah menjadi komoditi ternak unggulan. Mengingat harga-harga daging yang semakin melambung, daging kelinci bisa menjadi altenatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging sebagai sumber protein hewani.
Meskipun budidaya kelinci jenis ini masih terbilang belum banyak yang melakukannya, usaha ini jika digeluti dengan serius cukup menguntungkan.
Selain dijual daging dan bulunya, daging kelinci ini juga bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan, seperti baso, sosis, atau nugget. Sementara itu, kotoran kelinci juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.
Usaha budidaya kelinci jenis pedaging bisa dimulai dari skala kecil hingga menengah. Untuk memulai usaha ini tidak memerlukan modal yang besar seperti usaha ternak hewan pedaging lainnya (sapi atau ayam).
Anda sudah bisa memulai usaha ini dengan modal sekitar Rp5 juta, yaitu untuk membeli 2 ekor pejantan dan 8 indukan, membuat kandang dan biaya operasional hingga waktunya panen.
Keuntungan lainnya yaitu kesuburan dan produktivitas kelinci jenis pedaging yang tinggi. Dalam setahun, dari seekor indukan bisa menghasilkan 15-20 ekor kelinci.
Harganya di pasaran lebih mahal daripada harga ayam kampung, yaitu sekitar Rp20.000/kg berat hidup dan Rp30.000/kg daging kelinci. Keuntungan yang sangat lumayan, bukan?
Lalu, apa saja yang harus diperhatikan untuk beternak kelinci jenis ini? Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak beternak kelinci jenis pedaging ini, diantaranya: 1.Jenis
Tidak semua jenis kelinci bisa diternakkan untuk diambil dagingnya karena ada jenis kelinci yang rasa dagingnya kurang enak dan bobot badannya kurang menguntungkan. Kelinci yang umum diternakkan adalah dari jenis ras besar.
Beberapa jenis kelinci yang biasa diternakkan, antara lain Flemish Giant, New Zaeland White, Satin Rabbit, dan Rex Rabbit. Kelinci ini banyak diternakkan karena rasa dagingnya enak dan bobot tubuhnya lebih dibandingkan jenis kelinci lainnya.
Jenis Flemish Giant adalah yang paling banyak dibudidayakan karena kelinci ini bobotnya bisa mencapai 11 kg. Kelinci Flemish Giant sering dikawinsilangkan untuk menghasilkan anakan yang unggul.
Persilangan antara Flemish Giant dengan Belgian Hare misalnya telah menghasilkan kelinci New Zaeland White yang memiliki sifat-sifat unggul seperti bisa melahirkan 10-12 ekor tiap lahiran, serta bobot tubuhnya yang bisa mencapai 5,44 kg.
Adapun kelinci Satin Rabbit dengan alasan yang sama banyak diternakkan juga. Bobot tubuh kelinci Satin Rabbit jantan bisa mencapai 3,8-4,5 kg sedangkan kelinci Satin Rabbit betina bisa mencapai 5 kg.
Kelinci yang ditemukan pada 1930 ini memiliki bulu yang lebat, tebal dan lurus. Kelinci jenis terakhir yaitu Rex Rabbit banyak diternakkan karena memiliki bobot yang seimbang dan rasa daging yang enak.
Kelinci jenis ini memiliki bulu yang halus sehingga bisa juga dijadikan kelinci hias. Jenis kelinci lainnya yang cocok dijadikan kelinci jenis pedaging, yaitu Belgian, Californian, Himalaya, dan Havana. 2. Lokasi Peternakan
Lokasi peternakan harus diperhitungkan dengan baik untuk menciptakan lingkunagan yang baik bagi pertumbuhan kelinci. Pilihlah lokasi yang dekat dengan sumber air sehingga memudahkan ketika memberi minum dan ketika membersihkan kandang kelinci.
Selain itu, lokasi peternakan juga harus diusahakan jauh dari pemukiman agar terbebas dari kegaduhan, asap, dan bau. Peternakan kelinci harus terlindung dari berbagai predator, seperti kucing, anjing, ular, musang. dan tikus yang bisa memangsa kelinci terutama bayi kelinci. 3. Pembibitan
Pemilihan bibit harus dilakukan dengan teliti agar kelinci yang dihasilkan memiliki sifat-sifat unggulan yang menguntungkan peternak. Untuk memperoleh bibit yang baik, harus dipilih indukan yang memiliki ciri-ciri, antara lain memiliki bobot dan tinggi yang baik, mata bersih, tidak cacat, bulunya bersih tidak kusam, dan aktif bergerak.
Perawatan bibit dan indukan harus diperhatikan agar bisa menghasilkan kelinci jenis pedaging yang baik pula. Pemberian pakan, kondisi kandang yang baik dari segi sanitasi dan keamanan dari gangguan luar merupakan hal-hal yang harus diperhitungkan dengan baik. Jika kebutuhan makanan dan lingkungan kandang memadai, ternak pun bisa memberikan hasil sesuai dengan harapan. 4. Perkawinan dan Kelahiran
Perkawinan kelinci dapat dilakukan ketika kelinci berusia 5-7 bulan. Pada usia ini kelinci sudah mengalami kematangan reproduksi. Perkawinan kelinci yaitu dengan membawa kelinci betina ke kandang kelinci jantan.
Perkawinan bisa dilakukan 2-3 kali. Untuk kelinci jantan yang kawin untuk pertama kali, kawinkan dengan kelinci yang sudah beranak. Setelah 12-14 hari dari perkawinan, lakukan pengecekan kehamilan dengan meraba perut kelinci betina.
Sebagai persiapan menjelang kelahiran kelinci, siapkan kardus di dalam kandang tempat kelinci melahirkan agar bayi kelinci tidak tercecer. Setelah 30-32 hari, bayi kelinci akan lahir. Jumlahnya beragam, sekitar 6 hingga 10 ekor. Bayi-bayi kelinci ini lahir tanpa bulu dan mata tertutup. 5. Pakan
Pakan kelinci berupa rumput hijau, seperti rumput lapangan dan rumput gajah sangat baik untuk pertumbuhan kelinci. Berbagai jenis sayuran (sawi, kol, daun kacang panjang) dan pelet kelinci bisa juga diberikan untuk kelinci jenis pedaging ini.
Untuk jenis sayuran kangkung sebaiknya tidak diberikan kepada kelinci karena kemungkinan bisa menyebabkan diare. Pakan tambahan seperti ampas tahu atau bekatul bisa juga diberikan untuk kelinci ternak ini.
Pemberian makan untuk kelinci dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi sekitar pukul 7.00-8.00, dan sore sekitar pukul 18.00. Takaran pakan di sore hari harus lebih banyak daripada pakan di pagi hari karena kelinci adalah binatang yang aktif di malam hari sehingga memerlukan asupan makanan yang lebih banyak pada sore atau malam hari.
Selain makanan, kelinci juga harus disediakan air minum yang mencukupi. Bagi indukan yang sedang hamil, asupan gizi bisa ditambah dengan memberinya tambahan daun pepaya setiap hari. 6. Perawatan
Perawatan dilakukan terhadap kelinci dilakukan secara berkala. Jika ada kelinci yang sakit, kelinci tersebut harus dipisahkan dari kelinci yang sehat agar tidak menularkan penyakit. Kelinci yang sakit memiliki ciri-ciri, seperti terlihat lesu, suhu badan naik, mata sayu, dan nafsu makan menurun.
Pemeliharaan kandang tak kalah pentingnya dalam perawatan kelinci jenis pedaging. Tempat pakan dan air minum, serta lantai kandang harus dibersihkan secara rutin agar tetap bersih dan terhindar dari penyakit. Kandang bekas kelinci yang sakit harus dibersihkan dengan cairan karbol.
Sanitasi kandang harus senantiasa terjaga agar kandang tidak lembab. Sinar matahari pagi harus dipastikan bisa menyinari kandang kelinci. Kandang yang lembab akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Beberapa jenis penyakit yang sering menjangkiti ternak kelinci, antara lain:
penyakit telinga,
penyakit kulit kepala,
bisul,
kudis,
eksim ,
penyakit mata,
mastitis,
berak darah,
pilek, dan
radang paru-paru.
Terjangkitnya penyakit-penyakit ini bisa dicegah dengan tetap menjaga kebersihan kandang serta segera mengarantina hewan ternak yang sakit. Jadi, Anda yang berminat menjadi peternak kelinci jangan khawatir terhadap penyakit pada kelinci.